Sabtu, 11 Juni 2011

Radiasi Ponsel Sebabkan Kanker Otak


PAPARAN radiasi dari ponsel bisa mengakibatkan kanker otak. Kesimpulan tersebut diumumkan WHO seusai menggelar pertemuan dengan 31 ilmuwan dari 14 negara belum lama ini.

Bahaya radiasi yang terpapar melalui telepon seluler (ponsel) memang telah lama diperbincangkan. Keresahan masyarakat soal ini terjawab sudah. Baru-baru ini, Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) menegaskan jika radiasi ponsel dapat memicu kanker. Kini, WHO mengategorikan pemakaian ponsel sebagai “zat karsinogenik berbahaya penyebab kanker” seperti juga timbal, mesin knalpot, dan kloroform.

Sebuah tim yang beranggotakan 31 ilmuwan dari 14 negara, termasuk Amerika Serikat, membuat keputusan itu setelah meninjau studi yang telah ditelaah oleh rekan sejawat (peerreview) terkait keamanan ponsel. Tim telah menemukan cukup bukti untuk mengategorikan paparan (radiasi ponsel) sebagai “kemungkinan besar menjadi karsinogenik bagi manusia”.

Itu artinya, mereka menemukan beberapa bukti adanya peningkatan glioma dan acoustic neuroma kanker otak bagi pengguna ponsel, namun belum bisa menarik kesimpulan untuk jenis kanker lainnya. Padahal, sebelum pengumuman yang disampaikan pada Selasa (31/5), WHO meyakinkan konsumen bahwa penggunaan ponsel tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan.

“Masalah terbesar yang kita miliki, kita tahu bahwa kebanyakan faktor lingkungan mengambil peran besar terhadap paparan (radiasi) tersebut selama beberapa dekade,sebelum kita benar-benar melihat konsekuensi (sebenarnya),” kata Dr Keith Black, kepala bidang neurologi di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles, Amerika Serikat, seperti dikutip dari CNN.
Jenis radiasi yang keluar dari ponsel disebut dengan non-pengion (non-ionizing). Hal ini berbeda dengan yang terdapat pada sinar-X, tapi lebih mirip oven microwave yang bertenaga sangat rendah.

“Radiasi yang dipancarkan microwave yang paling sederhana sama dengan apa yang terjadi pada makanan dalam microwave, pada dasarnya seperti ‘memasak’ otak,” kata Black.

“Jadi, selain mengarah pada pengembangan tumor dan kanker, mungkin ada berbagai macam efek lainnya, seperti penurunan fungsi memori kognitif karena temporal lobe (bagian dari serebrum otak sebagai pemroses memori jangka pendek) adalah tempat di mana kita biasanya menempelkan ponsel,” lanjutnya.

Kalangan industri menanggapi pengumuman WHO itu dengan menyatakan bahwa “Tidak berarti ponsel menyebabkan kanker”. Asosiasi Industri Telekomunikasi Seluler dan Wireless (CTIA-The Wireless Association) menegaskan bahwa WHO tidak melakukan penelitian baru, tetapi meninjau studi-studi lama yang telah diterbitkan. Badan Lingkungan Eropa (The European Environmental Agency) mendorong agar dibuat studi lebih lanjut, yang menetapkan bahwa bahaya ponsel bisa sama besarnya terhadap kesehatan masyarakat seperti merokok, asbes, dan bensin bertimbal.

Kepala sebuah lembaga penelitian kanker terkemuka di University of Pittsburgh, Amerika Serikat, mengirim memo kepada seluruh karyawannya dan mendesak mereka untuk membatasi penggunaan ponsel karena kemungkinan risiko kanker.

“Ketika Anda melihat penyebaran kanker, terutama kanker otak, itu tentu akan memakan waktu lama untuk berkembang. Saya pikir, ide yang baik untuk memberikan semacam peringatan publik bahwa paparan jangka panjang terhadap radiasi dari ponsel Anda mungkin bisa menyebabkan kanker,” kata Dr Henry Lai, profesor peneliti di bidang bioteknologi di University of Washington, Amerika Serikat, yang telah mempelajari radiasi selama lebih dari 30 tahun.

Studi internasional terbesar yang mengaitkan ponsel dan risiko kanker dirilis pada 2010. Kesimpulannya menunjukkan, para partisipan dalam penelitian yang menggunakan ponsel selama 10 tahun atau lebih, terbukti dua kali lipat mengalami peningkatan glioma, sebuah jenis tumor. Sampai saat ini, belum ada studi jangka panjang mengenai dampak penggunaan ponsel di kalangan anak-anak.

“Tengkorak dan kulit kepala anak-anak lebih tipis. Jadi, radiasi bisa saja menembus lebih dalam ke otak anak dan orang muda. Sel mereka berada pada tingkat yang lebih cepat membelah sehingga dampak dari radiasi dapat lebih besar,” ungkap Black.

Pada Februari, sebuah studi oleh para peneliti di National Institutes of Health mengungkapkan, jika radiasi yang dipancarkan ponsel setelah menelepon 50 menit saja dapat meningkatkan aktivitas dalam sel otak. Namun, pengaruh aktivitas otak yang dirangsang secara artifisial tersebut masih belum diketahui.

Ahli bedah saraf dan kepala koresponden medis CNN Dr Sanjay Gupta menyebutkan, pengumuman WHO sebagai pukulan telak kepada mereka yang telah lama menyatakan bahwa tidak ada mekanisme yang mungkin untuk ponsel dapat menyebabkan kanker.

“Dengan mengelompokkan ponsel kemungkinan besar sebagai karsinogen, mereka juga tampaknya diam-diam mengakui bahwa mekanisme itu bisa saja ada,” tuturnya.

Produsen ponsel yang terkenal sebenarnya sudah memperingatkan konsumen untuk menjaga perangkat mereka jauh dari tubuh dan para ahli medis mengatakan bahwa ada cara lain untuk meminimalkan radiasi ponsel.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites